Sabtu, 08 Februari 2014

Hidup, Seperti Perjalanan Mendaki Gunung (Edisi Kawah Ijen - Banyuwangi)

Bismillahirrohmaanirrohiim

Menjalani hidup seperti menempuh perjalanan mendaki gunung, Tak tahu kapan akan melewati jalan menanjak, datar, dan menurun. Namun tetap berjuang untuk meneruskan perjalanan yang kita belum tahu bagaimana akhir dari perjalanan ini.

fila - naili
Setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan karena bus yang kita tumpangi ternyata terjebak macet di gunung gumitir selama 5 jam, akhirnya sampai juga di Banyuwangi.
Yeaaay, Welcome Banyuwangi :)


Beberapa waktu lalu, aku dan adiku, Rosiana Nafilatul pertama kali menempuh perjalanan ke Banyuwangi berkunjung ke rumah saudara baru disana. Awalnya kami tak tahu menahu jika saudara baru kami, Fikri Khoirur Rizal dan Ikmal Taji akan mengajak kami mendaki Kawah Ijen, alhasil kami hanya memakai perlengkapan mendaki seadanya.

nita - fila - naili - ifa
Are We Ready?


Bersama dengan teman-temannya Rizal dari UI dan ITS, ada Nafian, Anjas, Ifa, dan Nita. Kami berangkat menggunakan mobil pukul 22.00 dari rumah dan sampai lokasi pos lapor pendakian pukul 24.00.
Kami beristirahat sembari menunggu beberapa teman IMAWANGInya Rizal dari UI datang. Kalau tidak salah ada yang asli daerah dekat Ijen, namanya Inu.
Pukul 01.00 dini hari kami mulai berangkat mendaki. Berharap bisa melihat bluefire dan sunrise dari puncak Kawah Ijen. Setengah jam perjalanan kami semua masih berjalan bersama-sama. Namun setelahnya, beberapa teman jalan lebih cepat dan beberapa berada di belakang. Termasuk aku.
Dengan jaket tipis dan persediaan seadanya, ditambah geirimis yang belum mau pergi, apalagi kabut tebal terus menyelimuti perjalanan, nafasku mulai terasa sangat sesak hingga membuatku harus berjalan dengan sangat perlahan jauh dibelakang yang lain.
Sebelum memasuki pos pertama, perjalanan lebih banyak ditempuh melalui jalan yang terus menanjak dan menanjak.
Jaket dan kaos kaki yang gunakan ternyata basah karena gerimis dan dinginnya embun.
Aku yang semakin tak kuat dengan dingin pun akhirnya sempat tumbang.
Ditemani Rizal dan Anjas aku perlahan masih terus melanjutkan perjalanan yang entah aku tak tahu kapan akan sampai tujuan dan bagaimana ujungnya. Selang beberapa waktu, sebelum masuk pos pendakian ke-2, aku yang menggigil kedinginan akhirnya bertukar jaket dengan Anjas. Apalagi jaketku yang sudah basah dan tipis itu karena tak tahu bahwa harus mempersiapkan perlengkapan mendaki sedemikian rupa.
Melewati pos 2, jalan mulai lebih datar meski sesekali menanjak. Selama perjalanan aku hanya berfikir dan menyadari bahwa, beginilah hidup, tak tahu bagaimana jalan yang akan kita tempuh, bahkan mungkin dengan persiapan yang apa adanya, mungkin bahkan tanpa persiapan sama sekali. Begitulah Allah SWT membuat skenario kehidupan. Aku menyadari bahwa aku hanya hamba yang lemah, yang tanpa kekuatan dariNya aku takkan mampu melewati perjalanan yang berlika-liku.
Alhamdulillah, tak diduga ternyata Ikmal yang sudah sampai puncak kembali turun menyusul kami dengan membawa jaket polar. Aku kembali berganti jaket dengan jaket polar tersebut. Terasa lebih hangat, meski aku tahu itu sangat dingin di pagi buta di gunung.
Ada sebuah hal yang akhirnya membuatku kembali menyadari bahwa pertolongan itu pasti akan datang. Meski aku tak tahu kapan datangnya, yang penting jangan pernah menyerah, karena pertolongan Allah SWT itu nyata. Allah SWT tak akan menguji hambanya melebihi kemampuan hambaNya.
Jalan yang semakin berkabut membuat pandangan tak lebih dari 1 meter dengan kanan dan kiri kita temui jurang-jurang.
Tak lama kemudian kami sampai puncak dan mencari batu besar penghalang angin untuk menghangatkan diri dan istirahat sejenak. Jam menunjukkan jam 04.00 dinihari, masih gelap dan berkabut. Beberapa dari kami mencoba untuk melihat bluefire. Ternyata kami belum beruntung karena kabut yang belum mau pergi karena gerimis dari semalam.
Sekitar pukul 05.30, matahari mulai tampak karena kabut mulai menyingkir. Subhanallah, indah sekali ciptaanNya. Kami melihat pemandangan yang begitu indah. Kamipun mengambil beberapa foto betapa indahnya bentang alam yang telah diciptakan.

naili
see? jaket ku jadi jaket polar. haha

naili - anjas - nita - ifa
Sampai di puncak. Alhamdulillah!! Subhanallah indah sekali!! :)


Disini aku menyadari, sebuah hasil yang indah, tak ditempuh dengan cara yang mudah bukan? sebuah kerja keras, ketekunan, keyakinan, do'a, semangat yang pantang menyerah, saling membantu, keikhlasan, kesabaran, kerjasama itu semua dibutuhkan. Hingga muncul rasa syukur yang tak henti-hentinya. :)
Akhirnya kamipun turun dan sampai bawah sekitar pukul 09.00.
Melanjutkan perjalanan menuju Air terjun di Kali Ndelosor Belerang, Taman Suruh dengan Pemandian air mineral dan Pantai Watudodol. Juga masih ada Pantai Teluk Hijau dan Pulau Merah yang kami sambangai di hari berikutnya.

anjas - nafian - ikmal - rizal - nita - ifa
habis mandi di kolam pemandian air mineral, mereka nyoba naik mainan ini sampe sempoyongan di taman suruh.

naili
Setelah menikmati es degan dan mie goreng bareng-bareng, foto dulu yuk di pantai watudodol

naili lagi (haha)
ini di pantai teluk hijau, pantai ini masuk taman nasional yang dilindungi loh, masih ada monyet dan macannya. tapi yang ini bukan monyet ato macannya lho ya :p hihi
perjalanan ke pantai ini pun harus ditempuh jalan kaki sekitar 2km naik turun melewati jalan becek. Katanya sengaa jalannya tidak diperbaiki agar suasananya masih alami.

naili
msih di pantai teluk hijau

naili
di kali ndelosor, sayang banget disini banyak corat-coret pengunjung yang tidak bertanggung jawab. di batu-batu banyak tulisan jahil yang tidak nyaman dilihat.

naili
menikmati sunset di pulau merah, anginnya kencang lho! 


Perjalanan menuju Pantai Teluk Hijau ternyata membutuhkan kesiapan fisik. Alhamdulillah fisik sudah terasah saat mendaki di Kawah Ijen. Berjalan kaki menuju Pantai Teluk Hijau dengan melewati hutan, naik turunnya jalan dan trek yang becek tak begitu berat dirasakan.
Tahukah kamu? ini membuktikan , bahwa kita harus sering berlatih dan membiasakan diri dengan persoalan yang kita rasa berat, agar itu bisa jadi pengalaman berikutnya bahwa tak ada persoalan yang besar karna kita punya Allah SWT yang lebih besar dari persoalan-persoalan kita.

Oiya, penting banget! menikmati alam ciptaanNya jangan sampai mengotori dan tidak menjaga kelestariannya ya. Tetap jaga lingkungan, jangan buang sampah sembarangan dan corat-coret ga jelas.

Semoga begitulah perjalanan hidup kita, bisa diakhiri dengan khusnul khotimah, sebuah akhir yang indah..
inshaa Allah, aamiin :)


Mohon maaf jika ada kesalahan kata, semoga sedikit kisah ini mampu menginspirasi temen-temen semua..


Naili Isnawati Sayida - Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar